Menyulam Spirit Kemanusiaan dalam Ibadah Haji di Tanah Suci
05/06/2025 2025-06-26 23:21Menyulam Spirit Kemanusiaan dalam Ibadah Haji di Tanah Suci
Setiap tahunnya, jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia berkumpul di Tanah Suci dalam satu momen yang agung: ibadah haji. Namun lebih dari sekadar ritual keagamaan, haji sejatinya merupakan peristiwa perjumpaan spiritual dan kultural umat Islam sedunia. Sebuah muktamar global tahunan di mana delegasi-delegasi muslim dari berbagai bangsa hadir sebagai dluyuufurrahmaan—tamu-tamu Allah.
Peristiwa haji adalah panggilan ilahi yang melampaui batas-batas geografis, bahasa, budaya, dan politik. Dalam satu titik ruang dan waktu yang sama, umat Islam hadir dengan tujuan yang satu: beribadah kepada Allah. Namun tak hanya itu, haji juga menjadi simbol kuat persatuan, solidaritas, dan cinta kemanusiaan global.
Di tengah dunia yang kian dilanda konflik—mulai dari perang dagang, ketegangan geopolitik, hingga peperangan yang membawa derita kemanusiaan—kehadiran haji menjadi pesan penting. Bahwa Islam, melalui ibadah haji, hadir sebagai kekuatan pemersatu. Menjadi perekat di tengah dinamika perbedaan dan pertentangan global.
Momentum haji adalah pengingat bahwa perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dirayakan dalam bingkai persamaan nilai dan tujuan. Dalam balutan pakaian ihram yang seragam, setiap jamaah haji melepas identitas duniawinya: tak ada perbedaan kasta, pangkat, ataupun status sosial. Semua setara di hadapan Allah, berjalan dalam satu arah, menempuh serangkaian ritual yang sama. Sebuah simbol konkret dari kesatuan umat manusia.
Dari peristiwa haji inilah seharusnya lahir spirit baru: bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin—membawa rahmat bagi seluruh alam. Para jamaah haji hendaknya membawa pulang bukan hanya oleh-oleh dari Tanah Suci, tetapi juga semangat untuk menebarkan cinta, perdamaian, dan solidaritas kepada seluruh umat manusia.
Perayaan Idul Adha pun menjadi ruang penting untuk merefleksikan pesan-pesan haji. Kurban yang dilaksanakan tidak hanya ritual simbolik, tapi juga bentuk penguatan ibadah sosial, kepedulian terhadap sesama, serta penegasan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi.
Maka, di tengah gejolak dunia yang sarat kepentingan dan ego sektoral, haji hadir sebagai pengingat: bahwa kepentingan kemanusiaan jauh lebih luhur daripada ambisi kekuasaan. Umat Islam, melalui momen haji, ditantang untuk menjadi agen perdamaian, menjunjung tinggi ukhuwah basyariah, dan mengedepankan nilai-nilai kasih sayang lintas batas iman.
Kini saatnya kita tidak hanya melaksanakan haji sebagai kewajiban ritual, tapi menjadikannya titik tolak membumikan nilai-nilai kemanusiaan universal. Sebab dunia hari ini sangat merindukan damai, dan Islam memiliki bekal lengkap untuk mewujudkannya.